Sejak April 2020 lalu gw bergabung menjadi bagian dari TRANSMATE, komunitas/sahabat/partner dari Kementerian Perhubungan (KEMENHUB) Republik Indonesia dalam memberikan pemahaman, edukasi, dan insight positif kepada masyarakat terkait sektor transportasi Indonesia.
Sebagai bagian dari Transmate 25, kita diberikan kesempatan untuk mengikuti TRANSMATE JOURNEY, salah satu program tahunan Transmate yang bertujuan untuk meliput secara langsung mengenai infrastruktur konektivitas, distribusi logistik, serta destinasi wisata di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
(baca di sini) Transmate Journey 2021 - PONTIANAK : KONEKTIVITAS TRANSPORTASI DAN LOGISTIK HINGGA UJUNG TAPAL BATAS #TransmateJourney
ADA APA DI SULAWESI UTARA?
Tahun ini gw mendapatkan kesempatan untuk menjelajah LIKUPANG bersama 3 orang transmate lain, ada mas Abby, mas Ofrie, dan kak Sintia.
Bukan. Likupang tidak ada hubungannya dengan Kupang yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Buat yang belum tahu, Likupang berada di ujung utara Kab. Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Mungkin buat sebagian besar dari kalian masih pertama kali denger. Dimana itu? Ada apa di sana? Padahal semenjak Juli 2019 lalu, nama Likupang ditetapkan oleh pemerintah menjadi Destinasi Super Prioritas, bersama dengan Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo. Likupang juga diinisiasi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Selain Likupang, kita juga berkesempatan untuk menjelajah konektivitas transportasi di Manado sebagai gerbang utama menuju Likupang dan Bitung, kota terbesar kedua di Sulawesi Utara yang memiliki pelabuhan tersibuk dan terminal dengan konsep 'terminal serasa bandara'.
Untuk destinasi super prioritas, berbagai aspek perlu mendapat perhatian khusus. Kementerian Perhubungan dalam hal ini dipercaya untuk menggarap serius mengenai konektivitas dalam menyambungkan Likupang dengan berbagai interkoneksi seperti bandara, pelabuhan agar semua orang dapat tiba di Likupang dengan selamat, aman, dan nyaman (SELAMANYA).
LIKUPANG
PANTAI PULLISAN dan PANTAI PAAL
Untuk menuju 2 destinasi pantai yang ada di Likupang ini, kita bisa menumpang bus Damri dari Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi yang berangkat pukul 08.00 WITA. Tepat banget, waktu itu aku bersama 3 teman transmate berangkat pukul 02.30 WIB menumpang Citilink CGK-MDC yang tiba pukul 06.55 WITA.
Rutenya meliputi Casabaio Resort - Pantai Pullisan - Pantai Paal - Pelabuhan Likupang. Ohiya buat kalian yang mau ke pusat kota juga bisa menggunakan Damri ini ya karena emang rutenya lewat kota. Tarifnya sebesar Rp 25.000 dan perjalanan ditempuh sekitar 1 jam 30 menit untuk tiba di Pantai Pullisan.
Pertama kali tiba di pantai Pullisan kami dibuat takjub dengan pasir putih dan gradasi warna laut turquoise yang indah! Sempat tidak percaya karena pantai ini masih berada di dataran Sulawesi. Gw mengira pantai indah seperti ini hanya bisa didapatkan kalau kita pergi ke pulau gitu gengs!
Dan kata orang sini, kita juga bisa mengeksplor bukit Pullisan yang gak jauh dari pantainya. Sayang banget kami tidak punya banyak waktu jadi cuma bisa melihat sekeliling aja.
Di sekitar pantai juga banyak kapal-kapal nelayan bersandar. Cukup menarik sebagai spot untuk berfoto. Jika tidak, pengunjung dapat melihat aktivitas para nelayan. Biasanya nelayan yang pulang mencari ikan akan menjual hasil tangkapan ke pasar atau warung-warung di pinggir pantai.
Untuk tarif masuknya adalah Rp 5.000 per orang, dan tambahan Rp 5.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 15.000 untuk roda empat. Ohiya buat kalian yang mau menginap, jangan khawatir karena disekitar pantai Pulisan ini juga ada homestay yang bisa kalian pilih dan bisa pembayaran nontunai menggunakan QRIS juga. Canggih!
Lanjut ke pantai Paal, jaraknya gak sampai 15 menit, gw gak kalah takjub juga karena pantainya sama bagusnya! Lautnya biru dan jernih dengan gradasi biru - turquoise. Perbedaannya adalah ombak di pantai Paal cenderung lebih besar dibandingkan pantai Pullisan. Di sini ada berbagai aktivitas air seru yang bisa kalian coba, seperti Doughnut Boat dan ada juga penyewaan pelampung.
Untuk tarif masuknya adalah Rp 5.000 per orang di hari biasa dan Rp 10.000 di akhir pekan, serta tambahan tarif untuk roda empat sebesar Rp 10.000 dan roda dua sebesar Rp 5.000.
Buat kalian yang mau kembali ke Kota bisa menumpang kembali bus Damri dengan keberangkatan pukul 13.00 WITA ya.
No wonder karena emang kedua pantai ini merupakan daya tarik baru Likupang di Minahasa Utara. Berbagai pembangunan dan konektivitas sedang digenjot oleh pemerintah dalam menyokong Likupang sebagai destinasi super prioritas.
KAPAL WISATA BOTTOM GLASS
Ini dia yang menjadi tujuan utama daya tarik tim transmate journey Likupang : Kapal Wisata Bottom Glass di Likupang!
Jujur kami sempat merasa deg-degan apakah kami dapat melihat secara langsung kapal ini dari dekat? beruntung kami mendapatkan kesempatan itu! Kami disambut oleh Pak Sigit Arif - PPK Dirjen Laut Kementerian Perhubungan sebagai wakil dari Kepala UPP Kelas III Likupang - Pak Qowi yang sedang dinas di Jakarta. Kami diajak berkeliling melihat rencana strategis pembagunan Pelabuhan Likupang meliputi pembangunan terminal dermaga wisata, dan nantinya pelepasan Kapal Wisata Bottom Glass kepada Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara.
Kapal Wisata Bottom Glass ini masih menunggu proses hibah kepada pemkab dan sementara ini untuk pemeliharannnya masih diurus oleh UPP Kelas III Likupang. Sungguh kesempatan yang luar biasa banget bisa mencoba dan merasakan langsung bagaimana suasana di dalam kapalnya. Kami dipandu oleh mas Ramadani yang bertindak sebagai kepala KM (Kamar Mesin) dan bertanggungjawab dengan perawatan kapal.
Untuk mendukung pengembangan kawasan destinasi wisata superprioritas Likupang Kementerian Perhubungan membangun dua unit kapal wisata bottom glass melalui Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub.
Kapal Wisata Bottom Glass ini didesain khusus buat melihat keindahan bawah laut melalui kaca - kaca yang disediakan pada bagian bawah kapal dan dapat menampung 44 orang penumpang. 2 Kapal KM nirmala bahari 1 dan 2 yang ada di Likupang saat ini statusnya dititip sementara pada kantor UPP Likupang untuk dijaga dan dirawat sambil menunggu proses serah terima Hibah dari Kemenhub ke Pemda Provinsi Sulut, satu unit beroperasi di Bunaken dan Pemkab Minahasa Utara, satu unit beroperasi di Likupang.
Kedepannya kapal Wisata Bottom Glasss akan berlayar di pulau sekitar Likupang seperti Pulau Lihaga, Pulau Gangga, Pulau Bangka dll
Pelabuhan Likupang merupakan tujuan akhir dari rute Damri Likupang, kalian juga bisa naik Damri untuk ke sini.
MANADO
BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI
TERMINAL MALALAYANG
Tibalah kami di terminal yang menjadi pusat transportasi Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di kota Manado. Kami melihat aktivitas bus AKAP antara lain bus dengan tujuan Manado-Palu dan Manado-Toraja.
Untuk bus tujuan Palu, menggunakan bus Scania K360ih PO Raja Trans tipe terbaru yang nyaman dan dilengkapi wifi dan reclyning seat. Dengan tarif Rp 310.000 dan total perjalanan 24 jam.
Selain itu, terdapat pula banyak mikro (angkot) di Manado yang hilir mudik membawa dan mengantar penumpang dalam lingkup dalam provinsi Sulawesi Utara seperti Amurang, Kotamobagu, hingga ke Kab. Minahasa Selatan.
Kedepannya terminal Malalayang akan terus berbenah.
Mengantisipasi perkembangan yang akan terjadi, Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah XXII Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Renhard Ronald mengatakan kepada kami melalui kunjungan tim transmate journey, telah direncanakan untuk mengembangkan terminal Malalayang yang sampai sekarang masih membutuhkan waktu untuk terus bangkit pasca pandemi.
Berbagai cara akan dilakukan untuk menata kembali terminal Malalayang seperti penambahan luas terminal dan perencanaan untuk mendesain kembali, dengan harapan dapat mengantisipasi molonjaknya jumlah penumpang serta dapat berfungsi secara optimal seperti meningkatkan kapasitas terminal, penambahan fasilitas penunjang serta pengaturan sirkulasi dalam terminal yang akan mengadopsi sistem konsep 'terminal serasa bandara' yang sekarang telah diterapkan oleh Terminal Tangkoko, di Bitung.
PELABUHAN MANADO
Pelabuhan Manado merupakan salah satu akses utama bagi mereka yang tinggal di Kab. Kepulauan Sangihe.
Untuk bisa sampai ke berbagai tujuan di Kab. Kepulauan Sangihe, kalian dapat dengan mudah menggunakan kapal cepat (speed boat) dari Pelabuhan Manado, salah satunya adalah dengan menumpang KM Majestic Kawanua 2.
KM Majestic Kawanua 2 berangkat pukul 09.30 WITA dengan arahan dari capt Frits Tamaleroh. Untuk tujuan Pulau Tagulandang perjalanan ditempuh dalam 2,5 jam, untuk tujuan Pulau Siau 3,5 jam, dan terakhir tujuan Tahuna adalah 5,5 jam dari pelabuhan Manado. Tersedia kelas Ekonomi dan VIP dengan tarif mulai dari Rp 235.000 untuk tujuan Tagulandang hingga Rp 280.000 untuk tujuan Tahuna untuk dewasa.
Segala aktivitas di pelabuhan Manado diawasi oleh KSOP Kelas III Manado sebagai akses utama antar pulau untuk trasportasi, baik itu barang maupun orang. Kesyahbandaran harus senantiasa dapat dan bersinergi bersama lintas instansi baik Kota Manado, maupun Kabupaten Kepulauan. Sehingg alur barang dan orang ke kepulauan bisa berjalan dengan baik.
Next time ke Manado yuk coba eksplor berbagai pulau yang ada di Kab. Kepulauan Sangihe yang menyimpan sejuta keindahan wisata bahari!
BITUNG
PELABUHAN BITUNG
MENGENAL TOL LAUT - KAPAL SABUK NUSANTARA
PENYEBERANGAN ASDP FERRY
TERMINAL PETIKEMAS BITUNG
Sulawesi Utara tidak hanya ingin diidentikkan sebagai Bunaken saja, ada banyak tempat indah lainnya seperti Pantai Paal di Likupang dan Pulau Lembeh yang ada di Bitung.
Indonesia itu indah. Kemenhub turut menyokong kemajuan Likupang sebagai salah satu destinasi wisata superprioritas. Berbagai sektor di daerah ini terus ditunjang mulai dari infrastruktur, kesiapan sebagai daerah wisata, hingga konektivitas transportasinya.
Likupang menyimpan potensi luar biasa semoga dalam waktu dekat akan semakin berkembang sehingga dapat melirik lebih banyak wisatawan domestik dan internasional berkunjung!