Konektivitas Kalimantan Timur Unggul, Pemerataan Pembangunan Daerah Semakin Maju
October 20, 2019Semenjak kuliah di tahun 2014 hingga sekarang, saya berdomisili di Serpong, Tangerang Selatan dan Jakarta. Dua kota yang boleh dikatakan transportasinya sudah sangat unggul dan memudahkan warganya untuk "commute" dengan aman dan nyaman.
Sebagai pemilik KTP Kalimantan Timur dan hampir seumur hidupnya dihabiskan di provinsi dengan julukan "Bumi Mulawarman" ini, saya menyaksikan sendiri perkembangan provinsi saya dalam berbagai hal, terutama dalam hal konektivitasnya.
Halo! Saya Decky, putra daerah Kalimantan Timur |
Di Kalimantan Timur, saya tinggal dan dibesarkan di Tenggarong, ibukota kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam hal ini saya mendapatkan privilege karena sebagai ibukota kabupaten tentu saja kota saya bisa dibilang cukup unggul di bidang perhubungannya antara lain jalan sudah diaspal, tersedia lampu merah di simpangan yang sibuk, serta mobil motor yang lalu lalang dengan mudahnya. Tapi jika saya berkunjung di kota sekitar, tentu hal ini tak bisa saya jumpai. Banyak jalan yang rusak bahkan belum di aspal hingga berdebu saat siang hari yang terik serta becek dan licin saat hujan datang.
Setidaknya itu yang saya lihat dan rasakan sebelum saya pindah untuk berkuliah di tahun 2014.
Walaupun begitu, setiap tahun ketika saya kembali pulang ke Kalimatan Timur, saya pun semakin menyadari bahwa ternyata pembangunan di Indonesia terutama di daerah saya sedang gencar dilakukan. Jujur, saya merasa bahwa daerah saya 'dianaktirikan' karena selama ini saya merasa pemerintah hanya mementingkan Jawa (Jawa-sentris). Semenjak tahun 2014 saya pun merasa ada angin segar kepada pemerataan pembangunan di daerah saya.
Contoh yang paling jelas terlihat adalah dengan dilanjutkannya 'mega - pembangunan' provinsi yang sempat mangkrak sekian lama di berberapa pemerintahan sebelumnya, yakni pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda, yang bakan masuk menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (APT Pranoto) di Samarinda.
Dikutip dari kompas.com, Tol sepanjang 99,1 KM ini mulai dikerjakan pada tahun 2011 dan baru dilanjutkan lagi sekitar tahun 2015. Dengan dibangunnya Jalan Tol Balikpapan - Samarinda tentunya akan memangkas waktu tempuh perjalanan dari Tenggarong ke Balikpapan atau sebaliknya hanya sekitar 2-2,5 jam saja. Selama ini untuk menuju kota kelahiran saya di Tenggarong, saya harus melewati perjalanan darat selama kurang lebih 3,5-4 jam. Melelahkan? tentu saja. Saya pun berusaha untuk mendapatkan penerbangan di pagi hari dari Jakarta supaya tiba di rumah sebelum gelap. Belum lagi situasi sepanjang jalan yang cukup bikin was-was karena sering longsor khususnya di sepanjang jalan kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto.
Pembangunan Tol Balikpapan - Samarinda Dok. http://bpjt.pu.go.id/ |
'Mega - pembangunan' untuk bidang konektivitas satu lagi yang tentunya akan sangat membantu konektivitas dibidang transportasi udara adalah tuntasnya pembangunan Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (APT Pranoto) di Samarinda setelah 32 tahun lamanya. Ya, wacana untuk membangun Bandar Udara ini sudah ada sejak tahun 1986 dan baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 25 Oktober 2018 yang lalu.
Bandar Udara APT Pranoto (tampak depan) Dok. Pribadi |
Suasana Depan Terminal Bandar Udara APT Pranoto Dok. Pribadi |
Suasana di dalam Bandar Udara APT Pranoto Dok. Pribadi |
Pemandangan Kota Samarinda dari atas Pesawat Dok. Pribadi |
Bandar Udara yang memiliki nilai strategis ini tentunya membantu saya yang tinggal di Tenggarong dan kota sekitarnya untuk menghemat waktu dan bujet. Karena jarak Tenggarong ke Samarinda hanya butuh waktu sekitar 1 jam. Terlebih dengan dibukanya berberapa rute strategis seperti Samarinda - Jakarta, Samarinda - Surabaya, Samarinda - Makassar, Samarinda - Yogyakarta, dan lain sebagainya.
Dua 'mega - pembangunan' daerah yang menurut saya adalah bukti konkrit pemerintah yang sekarang untuk serius mewujudkan pemerataan pembangunan khususnya oleh Kementerian Perhubungan dibidang infrastruktur dan perhubungan yang tentu saja akan membuka peluang perekonomian daerah yang lebih maju dan lebih merata. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, "Bagaimana kita membuat Indonesia lebih punya daya saing, dengan memberdayakan konektivitas yang ada dengan menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi. Dengan suatu dukungan produktivitas tersebut, menjadi mudah bagi kita membuat suatu daya saing yang lebih hebat". (dikutip dari dephub.go.id).
Semoga dengan pembangunan infrastruktur yang masif di berbagai daerah di Indonesia dapat mewujudkan Indonesia - sentris dan memberikan manfaat bagi pemerataan pembangunan dan ekonomi daerah - daerah di Indonesia, terutama Kalimantan Timur sebagai calon Ibukota Negara Indonesia yang baru.
Transportasi Unggul, Kalimantan Timur Maju, Indonesia Maju.
0 Comments